Letak Alun-alun Utara Jogja sangat strategis karena berada dipusat kota. Terlebih tempat ini sangat dekat dari kawasan titik nol kilometer dan Malioboro.
Alun-alun utara memiliki ukuran panjang kali lebar 150 meter x 150 meter. Ciri khas yang nampak adalah adanya pohon beringin kembar di tengah lapangan dengan nama Kyai Dewandaru dan Kyai Wijayandaru.
Selain itu, pada masa lalu di alun-alun yang digunakan untuk acara seketen tiap tahun hingga sekarang memiliki 63 Pohon Beringin. Jumlah 63 itu menandakan usia yang dimiliki Nabi Muhammad SAW.
Dari alun-alun ini wisatawan bisa berkunjung ke objek wisata lain dengan cara jalan kaki. Objek wisata tersebut mulai dari Kraton Jogja, Gudeg Wijilan, Masjid Agung Kauman, Taman Sari, Titik Nol Kilometer, Malioboro, Gedung Agung, Bank Indonesia dan tentu saja Benteng Vredeburg.
Alun-alun utara bukan hanya sekedar tanah lapang tapi telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kraton. Hal ini karena banyak kegiatan yang melibatkan ribuat warga bisa dilakukan di tempat ini.
Bukan lagi hanya menjadi tempat berkumpul tapi denyut nadi ekonomi juga ada di sini. Ratusan pedagang ada di sepanjang jalan membuat siapa saja yang datang bebas memilih menu disuka.
Pada jaman dulu alun-alun utara memiliki banyak fungsi. Salah satunya untuk latihan militer prajurit. Selain itu juga untuk tapa pepe atau berjemur diantara dua pohon beringin kembar yang ada ditengah alun-alun.
Konon siapapun yang ingin meminta keadilan harus membuktikan kesungguhannya dengan tapa pepe. Bila tapa pepe berhasil maka raja akan keluar untuk memberikan keadilan untuk yang menjalankan ritual tersebut.
Di sebelah timur pada jaman dulu juga dibangun pendapa kecil yang bernama perkapalan. Tempat itu dibangun untuk istirahat para bupati ketika berkunjung ke kraton.
Selain itu alun-alun utara bukanlah area publik yang setiap orang bebas masuk dan berlalu lalang. Tapi kini seiring perkembangan jaman maka tempat ini telah dibuka untuk publik dan siapapun boleh mengaksesnya.